Wonogiri –
Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri menyimpan jejak peradaban masa lalu. Saat surut, muncul bekas permukiman dan makam warga.
Berkas permukiman dan makam itu dulu adalah milik warga Desa Betal, salah satu desa di Kecamatan Nguntoronadi. Setelah ada proyek pembangunan WGM, sebagai wadik terbesar di Jawa Tengah, Desa Betal terendam oleh genangan air waduk.
Kini kawasan itu dikenal dengan sebutan Betal Lawas. Betal Lawas hanya bisa dilihat saat musim kemarau, tepatnya saat air WGM surut. Saat ini, kawasan Betal Lawas masuk di wilayah Dusun Tenggar, Desa Gebang, Nguntoronadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Desa Gebang Kadiman (59) mengatakan dulu Betal Lawas merupakan pusat pemerintahan dan perkotaan di Nguntoronadi. Waktu itu ada perkantoran, pasar, dan fasilitas umum di Betal Lawas.
“Karena pusat ada kantor camat, koramil. Kalau Polsek di Gudang Kapuk (utara Betal Lawas). Di sini juga ada pasar tradisional. Penjual dan pembeli dari empat kecamatan ada. Sekarang jadi semak belukar,” kata Kadiman di kawasan Betal Lawas, Senin (18/9/2023).
Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Di kawasan Betal Lawas, Kadiman menunjukkan lokasi pasar tradisional, simpang empat, puskesmas, lapangan dan fasilitas umum lainnya. Namun yang tersisa kini hanya beberapa bekas bangunan. Seperti sumur, kamar mandi, tembok, dan jalur jalan raya.
“Namanya pusat ya dulu ramai di sini. Ada stasiun juga. Itu kereta dari Solo ke Baturetno. Sekarang bekas (stasiun) sudah tidak ada. Relnya juga sudah hilang, banyak yang diambil orang,” kata dia.
Kadiman menuturkan pada saat proses proyek pembangunan WGM, dan transmigrasi, tidak ada perlawanan dari warga. Warga ada yang pindah secara bersamaan ada juga yang pindah tergantung waktu genangan air ke rumahnya.
Kadiman menjelaskan dengan kondisi seperti itu, ada bangunan milik warga yang langsung terendam, dan ditinggalkan begitu saja. Sebab, saat air sudah mulai menggenangi rumah warga, rumah langsung dikosongkan.
“Dari cerita yang transmigrasi ke sana, biaya hidup selama dua tahun ditanggung pemerintah. Kemudian setiap KK mendapat tanah dua hektare untuk dikelola,” kata Kadiman.
Sisa bangunan yang muncul membuktikan jika dulu perairan WGM adalah permukiman warga. WGM dibangun pada 1978 dan mulai dioperasikan 1980. Pada saat itu sekitar 41.000 warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri harus dipindah atau transmigrasi.
Artikel ini sudah lebih dulu tayang di detikJateng. Selengkapnya klik di sini.
Simak Video “Cek Sekolah Terdampak Gempa Bantul, Ganjar: Evaluasi Konstruksinya”
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)