Jakarta –
Kementerian Perhubungan terus menambah bandara, meski belum semuanya berfungsi optimal. Pengamat menilai, pemerintah harus menilai bandara yang mati suri.
Prita Amalia, Direktur Research Regional Resource Innovation Center (C3RI) Universitas Padjadjaran menjelaskan, pemerintah perlu mengkaji kajian yang dilakukan sebelum membangun bandara. Prita yang aktif mempelajari masalah infrastruktur menilai ada kesenjangan antara studi perencanaan dan praktik lapangan yang menyebabkan bandara tidak berfungsi optimal.
“Kebanyakan kajian yang dilakukan bukan kajian real tapi hanya sampai infrastruktur dibangun. Mereka tidak melihat bahwa infrastruktur membawa manfaat. Banyak kejadian infrastruktur dibangun untuk tujuan membantu masyarakat tetapi sebaliknya. Masyarakat merasa infrastruktur ini beban, berarti ada yang tidak beres,” ujarnya. detikcom di Park Hyatt, Jakarta, Rabu (12/7/2022).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Menurut Prita, pembangunan bandara ini juga perlu memperhatikan potensi suatu daerah. Potensi tersebut dapat ditangkap jika studi pembangunan melibatkan masyarakat.
“Masyarakat sekitar atau masyarakat yang akan terkena dampak harus dilibatkan atau dilibatkan dalam proses pembangunan infrastruktur. Apakah ada potensi yang dapat mendukung infrastruktur tersebut,” ujarnya.
Serangkaian bandara dibangun di berbagai lokasi dengan keluarnya dana APBN. Ironisnya, setelah bandara selesai dibangun menjadi sunyi seperti mati suri. Foto: Febrian Chandra/detikcom
Prita menilai bandara yang saat ini mati suri mengalami situasi demand yang tidak sesuai dengan kajian yang dilakukan. Pemerintah perlu melakukan analisis ekonomi dan sosial terkait pembangunan bandara tersebut.
“Kajiannya juga harus dibagi per tahun karena ini bukan proyek jangka pendek, tapi jangka panjang. Pastinya banyak risiko yang perlu diproyeksikan agar ada mitigasinya,” ujarnya.
“Kajian ini merupakan pekerjaan rumah kita bersama dan perlu ada kolaborasi. Selama ini infrastruktur kadang hanya pekerjaan engineering. Tidak bisa hanya satu bidang ilmu tapi kolaborasi,” tambahnya.
Lebih lanjut Prita menyarankan agar pembangunan bandara memperhatikan konsep hub and spoke sebagai acuan. Hub and spoke merupakan sistem jaringan rute penerbangan yang saat ini digunakan oleh berbagai maskapai penerbangan di dunia.
Hub adalah bandara besar yang menjadi pusat suatu wilayah. Sedangkan radius adalah bandara selain hub di suatu daerah. Dengan konsep hub and spoke, pesawat yang terbang di antara spoke akan melewati hub terlebih dahulu.
“Jangan jadikan bandara di area A tapi tidak ada hub and hub. Bagaimana status bandara ini? Sebagai hub, super hub, atau sebagai hub. Kalau hub, mau ke mana, kalau sudah hub, itu hub di mana itu,” katanya.
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) alias Bandara Kertajati sempat sepi karena tidak ada penerbangan komersial. Bandara ini sekarang melayani penerbangan umrah dari beberapa maskapai penerbangan. Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Berdasarkan catatan detikcom, saat ini setidaknya ada 4 bandara baru yang relatif sepi. Mereka adalah Bandara JB Soedirman di Purbalingga, Bandara Ngloram di Blora, Bandara Wiriadinata di Tasikmalaya, dan Bandara Kertajati di Majalengka.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan menyebut ada 10 bandara baru lagi yang akan diresmikan sebelum tahun 2024. Kesepuluh bandara tersebut adalah sebagai berikut:
– Kota Siau
– Bandara Tambolaan
– Bandara Nabire Baru
– Bandara Baru Siboru
– Bandara Baru Mentawai
– Bandara Nata Mandailing Baru
– Bandara Baru Pohuwato
– Bandara Baru Bolaang Mongondow
– Bandara Banggai Laut Baru
– Bandara Baru Singkawang
Simak Video “Ini Deretan Bandara di Indonesia yang Menegangkan”
[Gambas:Video 20detik]
(pin/ddn)