Jakarta –
Akhir-akhir ini, ‘kemerosotan seks’ menjadi sorotan seperti diberitakan di banyak negara. Baru-baru ini, Korea Selatan kembali mencatat tingkat kesuburan terendah 0,8 bahkan di dunia. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo angkat bicara.
Potensi ‘resesi seks’ juga bisa terjadi di Indonesia. Hal ini terkait dengan gaya hidup masyarakat yang mungkin berubah, terkait dengan pernikahan.
1. Penurunan rata-rata usia pernikahan
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Menurut Hasto, saat ini terjadi penurunan usia menikah. Latar belakangnya banyak hal yang berkaitan dengan preferensi masing-masing orang.
“Potensinya ada, tapi sangat panjang, karena dengan cara ini usia pernikahan makin lama makin panjang, (tua),” jelas dr Hasto saat ditemui di Hotel Shangri La, Selasa (12/6/2019). 2022).
“Umur nikah itu mundur, karena (alasannya) semakin banyak contohnya seperti menuntut ilmu, berkarir dan sebagainya,” lanjutnya.
2. Jangan khawatir menjadi tua tanpa anak
Sedangkan untuk perempuan, Hasto melaporkan bahwa sebagian orang tidak peduli jika tidak memiliki anak. Mereka lebih memilih untuk fokus pada kesejahteraan dan kualitas hidup dengan suami mereka.
”Misalnya, kalau perempuan, tidak masalah saya menikah, saya tua, saya tidak punya anak karena yang penting melindungi suami saya,” jelas Hasto saat ditemui di Shangri. La Hotel, Selasa (6/12/2022).
3. Seks Menjadi Rekreasi
Sedangkan potensi resesi seks akibat perubahan kebiasaan pria dalam pernikahan adalah rekreasi. Artinya, saat ini juga ada sejumlah pria yang memilih melakukan hal itu hanya untuk kemudian fokus berhubungan seks dengan istrinya. Jangan mempertanyakan kemungkinan memiliki anak.
”Dari pihak laki-laki, ada yang menikah untuk santai, untuk sex, yang halal. Jadi kalau menikah tujuannya bukan untuk prokreasi, kemungkinan akan terjadi zero growth atau negative growth,” pungkasnya.
Simak Video “BKKBN Bahas Dampak Rumah Tangga terhadap Gizi Anak”
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)