Lesvos –
Film Perenang di Netflix sedang ramai. Film ini menampilkan perjuangan para atlet Suriah yang mengungsi ke Jerman. Dalam film tersebut, Sarah dan Yusra Mardini adalah perenang profesional yang mencoba melarikan diri ke Jerman demi kehidupan yang lebih baik.
Terinspirasi dari kisah nyata, kedua bersaudara ini memulai perjalanan mereka ke Turki. Dari Turki mereka mencari agen untuk perjalanan ilegal ke pulau Yunani Lesbos, sehingga mereka bisa melanjutkan ke Jerman.
Sesampainya di pulau Lesbos, mereka melihat pemandangan yang berbeda. Bukan keindahan pantainya melainkan tumpukan sampah jaket pelampung yang menjadi pemandangan.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Pelampung di pulau Lesbos di Yunani Foto: (Getty Images/iStockphoto/Freeartist)
Rupanya, Pulau Lesbos sudah lama menjadi pintu gerbang para pengungsi menuju Eropa. Saat ini sudah ada kamp-kamp pengungsian dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) di bawah naungan PBB.
Tapi bukan itu yang akan kita bicarakan. Ada fakta menarik tentang Pulau Lesbos.
Dikutip dari situs resminya, Lesbos dulu dikenal sebagai tempat budaya. Penyair paling terkenal adalah Sappho dan Alcaeus yang lahir dan tinggal di sana pada abad ke-6 SM.
Sappho menjadi seorang penyair dengan reputasi besar. Liriknya sangat emosional, penuh gairah dan cinta. Namun puisi yang ia nyanyikan merupakan bentuk kerinduan terhadap sesama perempuan. Nyatanya, banyak puisinya yang didedikasikan untuk Dewi Aphrodite.
Bahkan sesama akademisi Yunani seperti Solon dan Plato mengagumi puisi Sapfo. Dalam 9 mitos Yunani, Plato menambahkan nama Sappho sebagai ‘Muse kesepuluh’.
Bisa dipastikan kisah cintanya tidak bisa diterima oleh beberapa pihak. Ketika Sappho meninggal karena sebab yang tidak diketahui, rumor bunuh diri menyebar.
Penyair lain ingin Sappho dilihat sebagai heteroseksual, sehingga dikabarkan bahwa dia meninggal setelah ditolak oleh seorang tukang perahu karena cintanya.
Desas-desus ini akhirnya dikuburkan oleh para sejarawan saat ini. Studi tentang puisi cinta Sappho diyakini secara eksklusif untuk sesama jenis.
Untuk mengenang karyanya, nama Sappho akhirnya digunakan sebagai sebutan safir dan lesbian dari tempat asalnya, Lesbos.
Terlepas dari kontroversi Sappho, pulau Lesbos sendiri sangat indah. Menjadi pulau terbesar ketiga di Yunani, Lesbos sangat cocok untuk pemburu vitamin laut!
Tonton Video “Truk Penyiram Setelah Banjir Bandang Menghantam Yunani”
[Gambas:Video 20detik]
(bln/ddn)