Jakarta –
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengatakan Komite Olimpiade Internasional (IOC) akan menyediakan tenaga ahli untuk membantu Indonesia dalam upayanya menjadi tuan rumah Olimpiade 2036.
Hal itu diungkapkan Okto usai pertemuannya dengan Presiden IOC Thomas Bach di luar KTT G20 di Bali, beberapa waktu lalu.
“Kami bersyukur kemarin di G20 Presiden Thomas Bach menyampaikan kepada para petinggi G20, dan pada penutupannya Presiden Jokowi juga menyampaikan langsung kepada Thomas Bach, bahwa Indonesia siap dan akan mengikuti tender Olimpiade 2036 di IKN. Hal ini mendapat tanggapan positif. Bahkan Presiden Bach langsung mengundang tim yang akan dibentuk di Indonesia untuk memberikan bantuan di kantor pusat IOC,” kata Okto kepada wartawan.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Menindaklanjuti itu, Okto mengatakan akan segera berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk Anggota IOC Erick Thohir dan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali.
“Karena Thomas Bach mengatakan proses tendernya berbeda, bukan kontes kecantikan, tapi proses pendampingan yang tidak memerlukan campur tangan pihak ketiga yang membutuhkan biaya. IOC akan menyediakan tenaga ahli untuk Indonesia secara gratis,” tambah Okto.
Selain didampingi para ahli dari IOC, hal lain yang turut memperlancar persiapan Indonesia adalah pemindahan lokasi Olimpiade dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
Indonesia akan mulai membangun fasilitas olahraga dari nol dengan menyesuaikan standar internasional atau olimpiade, bukan menambah atau merenovasi venue yang sudah ada.
“Karena fasilitas yang dibangun baru dan sesuai. Untuk itu kami akan meminta bantuan langsung dari IOC agar kami memiliki fasilitas olimpiade terbaik di dunia yang pernah ada,” ujarnya.
Okto menggunakan cara ini saat membangun Jakarta International Velodrome dan terbukti berhasil. Dari perencanaan hingga konstruksi, semuanya melibatkan UCI (Union Cycliste Internationale).
“Jadi, untuk persiapan pencalonan tuan rumah Olimpiade 2036, berencana membangun fasilitas Olimpiade ini, kami akan melibatkan IOC. Padahal, kemarin saya menunjukkan kepada Thomas Bach konsep digital IKN. Dan dia menjawab dengan pertanyaan mengapa tidak ada logo olimpiade? Saya bilang harus izin dulu dari IOC. Artinya ada respon positif dari Thomas Bach untuk lokasi IKN sendiri,” ujarnya.
“Karena kami punya pengalaman di Asian Games dan Para Asian Games kemarin. Walaupun menurut kami cukup bagus, menurut mereka tidak cukup (untuk Olimpiade), karena tidak sesuai dengan aturan event internasional,” kata Okto.
“Misalnya tenis. Kita punya lapangan tenis. Tapi untuk tenis, harus ada dua lapangan (kompetisi) dan tiga lapangan latihan. Jadi kalau pakai IKN ini, semua lapangan sudah disiapkan untuk Olimpiade dari awal. Jadi dia tidak akan bangun lagi.”
(mcy/mrp)