Jakarta –
Selama ini Australia dikenal sebagai penghasil daging sapi berkualitas. Koki dan importir daging menjelaskan keunggulan daging, lengkap dengan bukti pengolahannya menjadi sajian istimewa.
Daging sapi dari Australia berbeda dengan daging sapi dari Indonesia atau dari negara lain. Iklim ideal tempat ternak dipelihara dan pakan yang diberikan menjadi alasan utama mengapa daging sapi Australia ini dianggap unggul.
Dalam acara Cicipi dan Ciptakan bersama Australia (30/11) yang bertempat di Hotel Raffles Jakarta, Valeska selaku Regional Manager MLA Asia Tenggara menjelaskan tentang komitmen Australia dalam menghasilkan produk daging yang berkualitas. Begitu juga dengan bahan makanan lain seperti buah, sayuran dan wine yang berasal dari berbagai negara bagian Australia.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Produk Australia pasti kualitasnya premium, dan dari segi keamanan dan standar sudah terjaga. Australia mirip dengan Indonesia, negara agraris. Fokus utama kita juga lebih ke pertanian dan peternakan,” ujarnya kepada detikfood.
Ia menambahkan, kualitas produk segar Australia terjamin karena sebagian besar diekspor. “Jadi menjaga reputasi dan kualitas serta memastikan produk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia atau negara lain, semua ini sangat diwaspadai dan dikendalikan,” ujarnya.
Valeska selaku MLA Southeast Asia Regional Manager menjelaskan komitmen Australia untuk menghasilkan produk daging yang berkualitas. Foto: Andi Annisa DR/detikfood
Soal kualitas, importir daging berpengalaman Alexander Hansen selaku Managing Director Subur Arta Utama juga mengakui. Ia mengatakan ada 2 hal yang membuat daging sapi Australia lebih unggul dari daging sapi negara lain termasuk Indonesia.
Hal pertama adalah umpan. “Sapi di Australia diberi makan rumput, gandum, barley dan jagung. Bedanya apa? Indonesia tidak punya gandum karena musimnya tidak cocok,” jelasnya. Makanan ini kemudian berdampak besar pada tekstur dan rasa daging sapi.
“Sapi yang makan gandum dan sapi yang hanya makan rumput memiliki karakteristik yang berbeda. Kenapa? Karena gandum itu ada lemaknya. Sapi yang diberi makan lemak tentu akan memiliki rasa yang harum, daging yang lebih lembut,” sambung Alex.
Dia membandingkannya dengan batu bata dan busa. “Busa bisa diuleni, sedangkan batu bata tidak bisa karena keras. Kalau sapi makan rumput itu seperti batu bata. Sapi makan gandum, dagingnya seperti buih. Kenapa? Ketika daging terbentuk secara alami, itu akan membuat jaringan lemak atau lemak intermuskular. Kalau biasa dibilang kelereng ya,” ujarnya.
Alex melanjutkan, “Kalau jaringan lemaknya panas, lemaknya meleleh di atas daging. Jadi dagingnya kelihatan bolong. Makanya kalau dimakan rasanya empuk. Daging sapi Indonesia langka, karena tidak ada yang makan dari gandum. Jadi rasanya enak. berbeda.”
Hidangan yang terbuat dari domba Australia, Truffle Lamb Shortloin. Foto: Andi Annisa DR/detikfood
Yang kedua tentang traceability system alias sistem ketertelusuran. “Sapi itu seperti mobil, kita perlu tahu kapan diproduksi, berapa umurnya, apa yang dimakannya, apa silsilahnya, bagaimana susunan genetiknya?” dia berkata.
Ia melanjutkan, “Di Australia ada sistem pelacakan. Sistem yang unggul, dia bisa mengetahui asal semua barang. Ada sistem halal, bersih, kesehatannya juga terjaga.”
Di tangan Matias Ayala, chef Raffles Hotel dan Assistant Executive F&B Manager, daging sapi Australia diolah menjadi sajian istimewa. Dia juga mengolah daging kambing bersama berbagai sayuran, buah, dan anggur terkemuka Australia di jamuan Taste and Create with Australia.
Salah satu menu favorit mereka, Beef Bolar Blade MB9 dengan brokolini panggang, saus beraroma yang terbuat dari jus daging sapi dan remah roti brioche. Daging yang dimasak dengan teknik sous vide rasanya begitu lembut dan empuk.
Menemani hidangan ini adalah anggur Vasse Felix Fillius Cabernet Merlot 2020 dari Australia Barat. Chef Matias mengatakan, ia dengan hati-hati memasangkan setiap hidangan dengan anggur agar ada harmoni rasa.
Tenderloin Carpaccio disajikan dengan saus berbahan dasar jeruk. Foto: Andi Annisa DR/detikfood
Dalam acara ini pula, MLA bersama Australian Trade and Investment Commission (Austrade) menjabarkan program baru mereka yang akan berlangsung hingga tahun depan. Mereka berharap dapat menginspirasi koki eksekutif dari berbagai jaringan hotel dan restoran untuk memelihara bahan-bahan Australia.
Program yang diadakan adalah pelatihan teknis untuk sous chef Indonesia. Materi ini tentang cara memotong daging sapi dan domba dengan benar dan menyiapkan buah dan sayuran Australia.
Acara ini akan berlangsung di Bali dan Surabaya. Juga akan ada acara “Chef’s Challenge” yang akan mengundang chef terpilih untuk mengunjungi peternakan dan mitra di Australia pada tahun 2023.
Simak Video “Makan Sukiyaki ‘Relik’ Warkop DKI”
[Gambas:Video 20detik]
(alamat/suara)