Jakarta –
Langit New York City akhir-akhir ini menjadi sorotan karena berwarna jingga. Ini terjadi karena polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Kanada.
Kejadian ini menyebabkan kualitas udara di New York saat itu menjadi yang terburuk sepanjang sejarah. Hingga Rabu dini hari (7/6/2023), kualitas udara di New York menjadi yang terburuk kedua di dunia setelah Delhi di India.
Menurut IQAir, New York saat itu memiliki indeks kualitas udara (AQI) 160 yang masuk dalam kategori ‘tidak sehat’. Bahkan pada pukul 4 sore, skor AQI di New York pada hari yang sama mencapai 413 yang masuk dalam kategori ‘berbahaya’.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan AQI New York sehari sebelumnya yang sebesar 50 atau termasuk dalam kategori ‘baik’.
“Kualitas udara menurun di sebagian besar timur laut karena asap dari kebakaran hutan Kanada bergerak ke selatan,” kata Layanan Cuaca Nasional.
“Sebelum menghabiskan waktu di luar ruangan, periksa prakiraan kualitas udara. Pastikan Anda tidak melakukan hal yang lebih berbahaya daripada kebaikan,” lanjutnya.
Ada berbagai kondisi kesehatan yang bisa muncul akibat paparan polusi yang terjadi di New York. Menurut National Weather Service, ancaman yang bisa ditimbulkan antara lain sakit kepala, iritasi mata, asma, dan kesulitan bernapas.
Kondisi ini dapat berdampak negatif pada kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan penderita gangguan kekebalan tubuh.
Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Kanada, Steven Guilbeault, mengatakan insiden kebakaran hutan tersebut merupakan salah satu yang terparah dalam sejarah.
“Ancaman peningkatan kebakaran akibat perubahan iklim adalah salah satu dari banyak alasan pemerintah kami mengembangkan Strategi Adaptasi Nasional yang kuat dengan semua tingkat pemerintahan dan kelompok masyarakat adat, sehingga kami dapat memastikan masyarakat kami siap menghadapi dampak perubahan iklim. ,” kata Guilbeault.
Tonton Video “Kualitas Udara di Jakarta Dinilai Tidak Sehat”
[Gambas:Video 20detik]
(avk/naf)