Jakarta –
Organisasi Anti Doping Indonesia (IADO) terus menggencarkan sosialisasi terkait obat terlarang bagi atlet. Salah satunya dengan mengadakan seminar.
Pengumuman itu disampaikan Ketua IADO Gatot S. Dewa Broto. Mantan Sesmenpora ini menilai seminar ini sangat penting, karena masih banyak pemangku kepentingan yang belum memahami penggunaan obat yang dilarang dan diperbolehkan.
Seminar tersebut akan bertemakan “Sinergi Pemangku Kepentingan dalam Mewujudkan Olahraga Indonesia Bebas Doping dan Prestasi Atlet Sesuai Rancangan Olahraga Nasional”. Seminar tersebut rencananya akan diadakan pada 30 November mendatang.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Seminar ini akan dihadiri oleh banyak olahragawan. Total akan diikuti 250 peserta yang terdiri dari beberapa festival olahraga termasuk pelatih dan atlet.
“Setidaknya pengetahuan mereka bertambah. Bukan karena zat ini dilarang, tapi juga menjelaskan alasannya, dan tentang potensi yang bisa dilakukan bukan hanya atlet tapi pelatih,” kata Gatot dalam jumpa pers di Menara Sukan, Sudirman, pada Kamis (17/17).11/2022).
“Masalahnya, hukuman untuk pelatih tidak sepadan dengan yang diberikan kepada atlet. Hukuman untuk pelatih hanya disiplin. Jadi kami berharap suatu saat Kode WADA diharapkan lebih luas,” ujarnya.
Gatot berharap seminar ini bermanfaat bagi komunitas olahraga Indonesia. Ia membidik tiga aspek yang perlu dicapai.
“Pertama soal Antidoping Administration and Management System (ADAMS). Sekarang semua sistem sudah digital. Semuanya saling berhubungan. Sekarang kadang atlet diabaikan. Kalau pensiun ya pensiun saja, padahal harus melapor juga. kepada kami. Setelah itu, kapan saya mau aktif lagi setelah pensiun, tapi saya harus melapor juga,” jelasnya.
“Kedua, perlu ada pemahaman yang utuh untuk olahraga karena sampai saat ini masih suka menunda-nunda. Misalnya saat kita mengikuti seminar anti doping di Sydney, ada pemahaman dari olahraga bahwa keberadaan WADA hanya kontraproduktif. untuk prestasi atlet. Ini dilarang, dilarang, sedangkan prinsip piagam olimpiade adalah prestasi.”
“Oke, ini akan kami koreksi. Apa saja boleh, kecuali yang dianggap terlarang dan daftar ini sudah ada. Ketiga, tujuannya jelas agar kami terbuka. Kami jelaskan bahwa kami bekerja maksimal, berkomunikasi dengan WADA setiap hari, dan kami ingin menjadi pendengar terbaik,” lanjutnya.
“Yang terakhir, tapi mungkin tahun depan (rencana). Ada yang namanya pembicaraan. Sejauh ini saya belum mendengarnya, tapi saya rasa belum ada atlet yang diinstruksikan oleh pelatih untuk menggunakan ini. (pastinya) substansi). Tetapi mereka tidak berani berbicara atau tidak tahu harus berbicara dengan siapa?”
“Jadi, kami akan mendorong mereka untuk berani angkat bicara. Untuk saat ini WADA sudah ada. Tapi ini rencana ke depan,” ujarnya.
Simak Video “Sesmenpora Duga Ada Pemilik Klub Sepak Bola yang Terlibat Pengaturan Skor”
[Gambas:Video 20detik]
(mcy/yna)