Jakarta –
Belakangan, masyarakat dikenalkan dengan sebuah ruangan yang dikhususkan untuk marah-marah yang bernama rage room. Alih-alih marah-marah, pengunjung malah ada yang bercinta di sini.
Melansir New York Post, Senin (20/11/2023), pemilik sekaligus pengelola ruang kemarahan di seluruh Amerika Serikat mengeluh karena semakin banyak pelanggan yang melakukan tindakan seksual di dalam fasilitasnya.
Rage room adalah ruang yang dikonsep sebagai tempat meluapkan emosi. Di dalamnya, traveler bisa menghancurkan berbagai barang seperti piring, botol, radio, meja, dan banyak barang perabotan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengunjung bisa memecahkan barang-barang ini dengan melemparnya, memukulnya dengan linggis, hingga pemukul bisbol. Ruang kemarahan ini berkembang pesat setelah pandemi COVID-19.
Tempat ini menyuguhkan tempat yang aman bagi traveler yang ingin melepaskan kemarahan yang terpendam kepada barang yang tidak terpakai. Namun, belakangan tempat ini juga disalahgunakan untuk aktivitas yang menyimpang, yakni aktivitas seksual.
“Sesekali, orang-orang menjadi sedikit ceroboh. Saya pernah memiliki beberapa pelanggan yang berbaring bersama di ruangan yang penuh dengan pecahan kaca, jadi mungkin ada aspek bahayanya,” ujar Corey Holtam, pemilik Wreck Room Las Vegas kepada USA Today.
“Berada di atmosfer seperti itu, rasanya sangat aneh, jadi saya rasa orang-orang cenderung pergi ke tempat yang lebih menantang,” lanjutnya.
Pemilik Wreck Room kerap berusaha menggagalkan aktivitas yang tidak diinginkan seperti ini. Pihaknya juga kerap memberi informasi bahwa terdapat kamera di dalam ruangan yang mengawasi mereka demi keamanan.
Selain Corey, pemilik ruangan serupa di Georgia bernama Neko Farmer juga mengakui telah melihat perilaku serupa di ruangan yang ia sewakan.
Bahkan, ia melihat pasangan yang melakukan sesi belaian hingga cumbuan yang intens, setidaknya dua kali sebulan. Ia juga berujar beberapa di antaranya hingga melepaskan pakaian dalam mereka.
Menanggapi kejadian aneh tersebut, para ahli mengatakan bahwa mungkin ada hubungan fisiologis dan psikologis antara emosi yang intens serta kemarahan dan gairah seksual.
Justin Lehmiller, seorang peneliti di The Kinsey Institute for Research in Sex, mengatakan kepada media bahwa baik agresi maupun perilaku seksual mengaktifkan respons fight-or-flight seseorang, yang memicu adrenalin.
Respon ini meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh manusia, termasuk alat kelamin, sehingga menyebabkan respon seksual.
Namun, menurut Lehmiller, di dalam ruang kemarahan, orang mengacaukan respons fisiologis kemarahan atau kegembiraan dengan gairah seksual. Ia menjelaskan ini juga disebabkan oleh mereka berada di dalam ruangan bersama orang yang membuat mereka tertarik.
“Dengan kata lain, ketika sumber rangsangan tidak jelas, terkadang kita mengaitkannya dengan orangnya dan bukan dengan situasinya,” tambahnya.
Sedangkan, terapis seks Leigh Norén membandingkan fenomena tersebut dengan di tempat lain yang dapat menimbulkan gairah, seperti taman hiburan atau rumah hantu.
“Jika Anda melihat acara seperti ‘The Bachelor’ di mana mereka sering melakukan kencan seperti bungee jumping, mereka tampaknya lebih mudah jatuh cinta,” katanya.
“Itu mungkin merupakan salah tafsir dari penanda fisiologis yang terjadi dalam tubuh mereka,” lanjutnya.
Noren juga beranggapan bahwa ruang kemarahan membuat orang bisa melanggar batas-batas yang berlaku di masyarakat.
Simak Video “Pencapaian Lagu ‘Bercinta Lewat Kata’ Donne Maula Seusai 2 Bulan Dirilis”
[Gambas:Video 20detik]
(wkn/msl)