liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Presidium Nasional Suporter Indonesia: Cita-citakan Suporter Berdaya


Jakarta

Diskusi pemberdayaan suporter sepak bola nasional digelar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ada ambisi untuk memberdayakan suporter sepak bola dalam negeri.

Melalui tema ‘Presidium Nasional Suporter Indonesia: Saatnya Suporter Berdaya’, kondisi suporter saat ini disorot, Minggu (5/2/2023). Saat ini posisi suporter masih terabaikan, hanya dianggap sebagai pengguna belaka.

Dalam konteks bisnis sepak bola, suporter adalah konsumen yang seharusnya menerima layanan. Namun yang terjadi di Tragedi Kanjuruhan, para fans hanya diperlakukan sebagai grup yang merepotkan hingga mendapat perlakuan menindas.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Departemen Pemberdayaan Suporter Budiman Dalimunthe, Manajer Hubungan Peer Supporter Shiddiq Maulana Tualeka, hingga Non-Executive Director Ganesport Dzulfian Syafrian.

Dalam kesempatan tersebut, Budiman Dalimunthe memaparkan program kerjanya terkait suporter. Mulai dari pemberdayaan suporter melalui UKM, pendidikan perilaku, hingga pendekatan ala Indonesia hingga level akar rumput ala Indonesia.

“Bayangkan ratusan ribu anak muda dididik dengan pemberdayaan yang lebih baik, bagaimana keadaan negara ini,” ujar Budiman Dalimunthe dalam diskusi tersebut.

Sementara itu, Shiddiq Maulana Tualeka mengapresiasi FH UI yang telah menyelenggarakan upacara ini. Ia berharap diskusi di dunia akademik seperti ini bisa dipraktekkan di dunia nyata.

Menurutnya, penggemar membutuhkan masukan dari kajian akademik. Sejauh ini, dia melihat masalah tersebut belum masuk ke komunitas pendukung sepak bola.

“Terima kasih, suporter sudah menjadi topik perbincangan di bidang akademik. Sepak bola sudah menggunakan sport science. Kita berharap di ruang diskusi seperti ini ada pendekatan keilmuan yang menyentuh kelompok suporter,” ujar Tualeka.

“Suporter merupakan aspek penting dalam ekosistem olahraga. Jika jumlah suporter yang besar tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi batu sandungan, menyebabkan sepak bola mandek,” ujarnya.

Tualeka menjelaskan, Persebaya merupakan salah satu klub Indonesia dengan basis massa yang besar. Menurut data yang dia ketahui, ada sekitar 400 ribu suporter yang biasanya mendukung langsung Persebaya dalam satu musim.

“Dengan total 400.000, berarti minimal ada 28.000 suporter di setiap pertandingan yang mendukung pertandingan di kandang Persebaya. Mereka membeli tiket, ada kantong-kantong usaha yang dibuka agar klub bisa bertahan dan berkelanjutan,” kata Tualeka.

“Yang harus dipikirkan adalah bagaimana menguntungkan atau mengkomersialkan olahraga ini. Gaji Cristiano Ronaldo ratusan juta rupiah, sedetik bisa mendapat Rp 6 juta,” ujar Dzulfian.

“Itu penjelasan paling sederhana ketika industri olahraga sudah dibangun. Sepak bola paling mudah karena paling populer dan sistemnya sudah dibangun. Walaupun olahraga lain seperti tenis dan golf punya atlet, kapitalisasinya lebih tinggi,” ujarnya. . katanya lagi.

Apa yang dicita-citakan dalam pembahasan ini sebenarnya sudah mulai dilirik pemerintah. Misalnya Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2022 Tentang Keolahragaan (SKN) yang juga membahas masalah sepak bola.

Kementerian Pemuda dan Olahraga baru-baru ini mensosialisasikan UU SKN agar bisa diterapkan ke seluruh keluarga besar sepak bola, agar nasib suporter Indonesia lebih baik. Dengan begitu, kemungkinan terciptanya iklim sepak bola yang lebih sehat tidak bisa dipisahkan.

(afff/adp)