Jakarta –
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa bahkan dalam beberapa dekade terakhir, rata-rata jumlah sperma dan kadar testosteron pada pria telah menurun. Namun berbeda dengan panjang penis saat ereksi yang justru bertambah besar.
Dikutip dari Everyday Health, penelitian yang dipimpin oleh Michael L Eisenberg, MD, direktur pengobatan dan bedah reproduksi pria dan seorang profesor urologi di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, menganalisis pengukuran penis dari 75 studi yang dilakukan antara tahun 1942 dan 2021 dari data anatomi pada lebih dari 55.000 pria berusia 18 hingga 86 tahun.
Pada awalnya, Dr. Eisenberg mengira mereka akan menemukan tren penurunan serupa dalam jumlah sperma dan kadar testosteron saat mempelajari panjang penis. Di luar dugaan, peneliti menemukan hal sebaliknya.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan pada 14 Februari di International Journal of Men’s Health. Studi tersebut mengidentifikasi peningkatan rata-rata panjang penis sebesar 24 persen antara tahun 1992, ketika panjang ereksi pertama kali tercatat, hingga tahun 2021. Selama 29 tahun, terjadi peningkatan dari rata-rata 4,8 inci atau sekitar 12,2 cm menjadi rata-rata 6 inci atau 15,24 cm. cm. perhitungan ini ditentukan dari 20 penelitian yang melibatkan lebih dari 18.000 pria selama periode 29 tahun.
Data yang dikumpulkan juga meliputi pengukuran panjang penis saat tidak ereksi dan saat tegang. Semua ini dilakukan oleh para peneliti dan tidak ada yang dilaporkan sendiri. Tim studi mencatat bahwa panjang ereksi meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu di beberapa wilayah di dunia dan di semua kelompok umur.
Faktor lingkungan berperan dalam perubahan signifikan tersebut. “Sistem reproduksi kita adalah salah satu bagian terpenting dari biologi manusia. Jika kita melihat perubahan yang cepat ini, berarti sesuatu yang kuat sedang terjadi pada tubuh kita,” ujar Eisenberg dikutip dari Everyday Health, Minggu (19/3).
Dia mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyebab perubahan ini. Eisenberg menunjukkan bahwa beberapa faktor lingkungan mungkin terlibat, seperti paparan bahan kimia yang mengganggu hormon, seperti pestisida.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa paparan bahan kimia dapat dikaitkan dengan pubertas dini pada anak laki-laki dan perempuan. Mungkin faktor ini bisa mempengaruhi perkembangan alat kelamin.
Meski begitu, Raevti Bole, MD, ahli urologi yang berafiliasi dengan Klinik Cleveland yang berspesialisasi dalam pengobatan disfungsi ereksi dan seksual pria menekankan bahwa sementara penelitian menunjukkan tidak ada kerusakan pada penis, ukuran penis bukanlah segalanya.
“Ada penekanan nyata pada ukuran dalam budaya populer dan media sosial, jadi menurut saya penting bagi dokter untuk menekankan bahwa lebih besar belum tentu lebih baik. Maksud saya adalah ukuran tidak selalu berkorelasi dengan kepuasan seksual. Pasien bisa merasa tidak nyaman dengan ukuran penis, dan itu bisa menjadi masalah,” pungkasnya.
Simak Video “Klinik Pengobatan Mak Erot Juga Bisa Tangani Keluhan Mr P Patah”
[Gambas:Video 20detik]
(Dinda Zahra/naf)