liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Saat Wanita Asia Timur Ramai-ramai Tak Mau Punya Anak


Jakarta

Cina, Jepang, dan Korea Selatan dibayangi oleh masalah depresi seks. Wanita di sana menolak memiliki anak.

Akhir-akhir ini banyak pembicaraan tentang resesi seks. Hal ini terutama berlaku di negara-negara di Asia Timur di mana orang mengalami perubahan gaya hidup, di mana mereka enggan memiliki anak atau hanya ingin memiliki sedikit.

Terjadinya perubahan gaya hidup ini tidak lepas dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya. dikumpulkan detikcom Dari berbagai sumber, faktor finansial dan sosial budaya menyebabkan masyarakat, khususnya perempuan enggan memiliki anak.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Seorang mahasiswi Jepang di Tokyo bernama Nao Iwai mengungkapkan bahwa dia enggan memiliki anak setelah melihat kakak perempuannya berjuang untuk mengasuh mereka. Dia takut menjadi seorang ibu.

“Saya pernah berpikir akan menikah di usia 25 tahun dan menjadi seorang ibu di usia 27 tahun,” ujarnya.

“Tapi ketika saya melihat kakak perempuan tertua saya yang memiliki anak perempuan berusia dua tahun, saya takut untuk memiliki anak,” tambahnya.

Iwa juga menjelaskan keadaan rumah tangga Jepang. Jika seorang wanita memiliki anak, suami atau suaminya akan bekerja sementara mereka harus berubah menjadi ibu rumah tangga.

“Sulit bagi saya untuk membesarkan anak secara finansial, mental dan fisik,” katanya.

Alasan serupa juga diungkapkan oleh seorang warga Korea Selatan bernama Yoo Yeung Yi. Dia menikah tetapi dengan suaminya, mereka setuju untuk tidak memiliki anak.

“Suami saya dan saya sangat mencintai bayi… tapi ada hal yang harus kami korbankan saat membesarkan anak,” kata Yeung Yi seperti dikutip dari AP.

“Jadi itu menjadi pilihan antara dua hal, dan kami sepakat untuk lebih fokus pada diri sendiri,” ucapnya.

Bersama Yoo, Choi Jung Hee, wanita kantoran yang baru menikah juga berencana untuk tidak memiliki anak. Menurutnya, hidup bahagia bersama suaminya saja sudah cukup.

“Kami ingin hidup menyenangkan bersama, dan meskipun orang mengatakan memiliki anak bisa membawa kebahagiaan bagi kami, itu juga berarti menyerah,” kata Jung Hee.

Sementara itu, perempuan di negara tetangganya, China, juga mulai berpikir untuk tidak memiliki anak. Negara ini sangat padat penduduk sehingga pemerintah membatasi setiap pasangan untuk memiliki satu anak.

Namun pada tahun 2021, Partai Komunis China justru mendorong setiap pasangan untuk memiliki 2-3 anak. Tujuannya untuk mendorong pertumbuhan penduduk seiring negara-negara Tirai Bambu yang mulai mengalami penurunan angka kelahiran.

Namun, perempuan Tionghoa tampaknya tidak menyambut kebijakan ini dengan antusias. Mereka bahkan tidak memiliki banyak anak. “Saya tidak bisa punya anak lagi. Membesarkan anak hanya buang-buang uang,” kata seorang pekerja industri.

Belakangan, seorang wanita milenial bernama Qiu Xiaojia yang telah menikah selama 3 tahun mengungkapkan alasan realistis mengapa dia tidak ingin memiliki anak. Lagi-lagi masalah keuangan.

“Kami sudah membeli rumah sekarang, dan cicilan cicilan bulanan lebih tinggi dari gaji bulanan saya. Jadi dari mana uang untuk punya anak? Saya bahkan tidak bisa menghidupi satu anak, apalagi 3,” katanya.

Tonton Video “China Kirim Astronot Generasi Ketiga Tahun 2023”
[Gambas:Video 20detik]
(pin/ddn)