liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Schengen, 'Negeri' yang Terlupakan


komunitas detikTravel

Saat ini visa Schengen sedang menjadi trending topik, karena sejak epidemi mulai dikendalikan dan negara-negara Eropa dibuka, orang-orang mulai kembali ke Eropa untuk berkunjung. Dan akhirnya mulai sulit untuk membuat janji untuk mendapatkan visa.

Buat visa Schengen? Salah, visa tetap dibuat di salah satu negara tujuan di Eropa, tapi kenapa disebut visa Schengen? Ya, visa juga berlaku untuk negara-negara yang tergabung dalam perjanjian Schengen.

Sedikit sharing cerita yang saya ambil dari berbagai sumber, juga saat saya datang ke Schengen Museum. Schengen adalah nama sebuah desa kecil di negara Luxemburg yang menjadi tempat perjanjian bebas kontrol perbatasan, yang awalnya dimulai oleh 5 negara yaitu Jerman, Prancis dan Benelux (Belgia, Luxemburg Belanda) pada tahun 1985 dan mulai digunakan sekitar tahun 1990.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Sebelumnya, setiap negara harus membuat visa yang hanya berlaku untuk negara tersebut. Jika Anda mengunjungi 7 negara, Anda membuat 7 visa. Bayangkan berapa lama proses dan biayanya.

Mengapa Kota Schengen? Schengen disepakati karena kota ini berbatasan langsung dengan Jerman, Perancis dan Benelux, perjanjian ditandatangani di atas kapal Princes Marie Astried.

Untuk menjaga situasi netral, konon kapal berlabuh sedekat mungkin dengan perbatasan tiga negara yang terbentang di tengah sungai Moselle. Kesepakatan itu benar-benar membuat kami bersyukur bahwa kami dapat berkeliling Eropa tanpa harus mengajukan visa ke masing-masing negara.

Perjanjian Schengen memungkinkan orang untuk bepergian dengan bebas tanpa kontrol perbatasan, tidak hanya untuk warga negara Eropa tetapi juga untuk hampir sebagian besar penduduk dunia, termasuk Indonesia.

Tepat di tepi sungai Moselle yang mengalir dengan tenang, ada Museum Schengen tempat kita bisa belajar sejarah perjanjian, ada juga pameran seragam dan topi untuk petugas / polisi di perbatasan dari beberapa negara untuk diingat bahwa mereka bertanggung jawab untuk memeriksa paspor di setiap perbatasan antar negara. .

Jika kita punya cukup waktu kita bisa menonton film pendek tentang sejarah perjanjian dan penandatanganan Schengen. Tidak ada biaya masuk ke museum ini, dan yang menarik adalah kita bisa memiliki souvenir mata uang senilai 0 euro yang dicetak oleh mesin dengan memasukkan koin 2 euro.

Di halaman yang terhubung ke dermaga, kami menemukan tanda besar bertuliskan Schengen masih hidup dan terdapat bendera semua negara yang tergabung dalam perjanjian Schengen dari 26 negara dan nantinya akan bergabung dengan Rumania, Bulgaria, Siprus, dan Kroasia.

Schengen tidak terletak di jalur utama wisata Eropa, jika Anda tidak sengaja ingin mengunjungi desa yang dipenuhi kebun anggur ini, tentu Anda tidak akan pernah tahu nama yang sering kita sebut dan memungkinkan Anda bepergian ke 26 negara Eropa dengan satu visa tanpa batas. . Berkat perjanjian Schengen, saya tidak ingin lagi membayangkan mendapatkan visa ke setiap negara di Eropa!